Minggu, 08 Januari 2017

Heran Saya

Friday, December 16, 2016 1:01:13 PM
Di laboratorium agama masjid UIN Sunan Kalijaga (saya bagi) terdapat tiga wilayah atau kelompok orang. Yang pertama di tengah, emperan, dan serambi dekat toilet. Dominasi di wilayah tengah ditempati oleh mahasiswa dan orang luar. (mungkin) yang lebih soleh. Beberapa diantaranya saat solat, terdengar jelas ditelinga saya apa yang mereka lantunkan, ada juga seperti orang ayan. Saking khusuknya barangkali. Di masjid-masjid lain kadangkala beberapa orang setelah beberapa saat takbir pertama mereka menundukkan kepala, seperti mengintip apakah kaki mereka sudah sebaris lurus dengan shof. Rasa waswas yang lucu. Kembali lagi, di emperan bagian utara didominasi para pegawai atau staff akademik dan rektorat beberapa. Ada yang asik mengobrol, menerawang langit, merenung, padahal khotbah masih berlangsung. Muka-muka kusam semua. Meskipun sedikit diantaranya terlihat khusyuk beribadah. Di paling pinggir masjid, ada mahasiswa, dosen bahkan jajaran dekanat. Halah, saya bingung dengan motifasi apa mereka berangkat ke masjid. Berteduh rindang sambil menikmati sejuknya udara masjid? Mengobrol asik dengan beberapa kolega? Tidak kebagian tempat didalam masjid? Atau bagaimana?
Saya heran lagi ketika iqomah sudah dikumandangkan, beberapa menit masih saja ada yang masih maju untuk memenuhi shof. Padahal dianjurkan untuk langsung rapat berbaris shof. Ah, ini hanya pembacaan sementara.

Bayangkan Aku

3 January 2017,
Aku membayangkan. . .
Aku akan bermain drum, dengan khidmat dan khusyuk, seperti seseorang yang sedang beribadah. Pikirannya sibuk berpusat pada makna setiap apa yang dikatakannya dan hatinya semakin lama terasa mengembang dan hangat. Kulit-kulitnya akan merasakan tiupan angin yang diciptakan-Nya. Kemudian ia merasa ingin menangis, menyadari bahwa angin Tuhan membelai mengusapnya dengan kasih sayang yang tak terbayang batasnya. Suara-suara simbal, bass, dan tom akan terasa lambat. Gaungnya panjang melesat lewat udara dan menari berputar masuk lewat daun telinga, kemudian meresap menyebar ke seluruh tubuh. Setiap gerakan terlihat cepat, namun terasa lambat. Sendi-sendi yang berdenyut sangat terasa bahkan terdengar suara geraknya. Detak jantung terdengar dari dalam. Ah, nikmatnya denting dan desis yang terasa menyebar ke seluruh tubuh. Suara tabuhan pada membran tom, kendang dan floor, bass berdentum seperti dentuman jantung yang terasa semakin hangat. Suara desis sekaligus dentum dari sentuhan stik pada snare terdengar manis di telinga. Ya! Telingaku akan merasakan manis layaknya lidah menyentuh gula ataupun madu surga. Surga dan surga.
Perjalanan lagunya akan mengantarkanku berlayar dari satu pola ke pola berikutnya. Melewati arus kuat lautan pola-pola ganjil yang menegangkan sekaligus menyenangkan. Hidup dan mati akan terasa berada di kedua sisiku, seperti halnya cerita berjalannya seorang hamba pada jembatan selebar helaian rambut di sebuah kitab suci. Menegangkan sekaligus menyenangkan!
Aku akan diiringi seorang bassist, seorang vokalis, dan seorang gitaris. Tubuhku akan bermain dengan sendirinya dan pikiranku akan merenungi suara lembut dari setiap kata yang dinyanyikan vokalis dihadapanku. Dentuman suara gitar bass dengan manis akan mengiringi dentuman bassku dan di beberapa bagian perjalanan akan berirama ganjil. Ah, manisnya. Di bagian aku akan merasakan suara permainan manis dari senar-senar gitaris disampingku. Ia bermain sekaligus menari dan terkadang berjingkrak-jingkrak. Matanya sesekali memejam seperti sedang orgasme bersetubuh dengan suara binding gitarnya. Ia akan bermain-main nada blues dan kadang juga diselipkannya nada pentatonik. Cahaya warna-warni lampu panggung, suara gitar, bass, dan vokalis, semuanya akan meresap menyebar ke seluruh tubuhku.
Surga! Aku akan mati gila olehnya.

Bersambung insyaallah. . .

Catatan Pikiran

3-Jan-17
Padahal sudah aku siapkan beberapa rencara kedepan:
1. Mengelilingi Indonesia dan dunia, bertemu orang-orang baru, budaya baru, tempat baru yang (mungkin dan semoga) menambah keyakinan dan wawasan kita berdua.
2.  Melamarmu dengan mas kawin
Satu set buku karangan Paulo Coelho-karena dari dialah aku mendapat beberapa pelajaran tentang cinta, petualangan, sikap hidup dan lain-lain.
seperangkat alat sholat (mukena, tasbih, beberapa kitab suci, sajadah, dan lain-lain) karena dengan inilah kita dapat mendekatkan diri kita dengan-Nya, menambah keyakinan, dan mengoreksi kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat.

Aku selalu membayangkanmu duduk didepanku. Kita mengobrol dan tertawa bersama, dengan dua gelas kopi tentunya, dan ditambah lagi dengan suasana jalanan paris yang terbuat dari batu bata tersusun rapi. Kita menyusuri jalanan itu dengan bergandengan tangan atau memegang coklat panas pada dini hari. Melihat bulan purnama, menyadari bahwa inilah anugerah terbesar dalam hidup, yaitu kebersamaanku denganmu, kemudian bersyukur sepenuh hati pada Allah/Bunda Maria/Roh Kudus/Yesus. Kita akan merasakan hati kita berdua terpenuhi oleh cahaya cinta. Anugerah dari-Nya. Kita akan berbuat baik pada yang lemah atau yang tak punya tempat tinggal, memberi mereka makan atau memberikan salah satu sudut ruang rumah kita untuk ditinggalinya. Kita akan memiliki perpustakaan keluarga, dimana dipenuhi buku-buku karangan Paulo Coelho, Tan Malaka, Karl Marx, Mahatma Gandhi, Kitab Suci Agama Islam, Kristen, Yahudi, Buddha, Hindu, dan mungkin agama lainnya, buku tentang Soekarno, dan orang-orang nomor satu di dunia, termasuk Adolf Hitler.
Kita akan duduk bersama anak-anak kita, menonton tayangan National Geographic tentang keindahan alam yang telah dihancurkan oleh penghuni berakal alam itu sendiri, terkagum-kagum sekaligus merasa kecewa. atau kalupun masih belum punah, kita berdua atau sekeluarga akan menyusuri hutan dan pegunungan itu sendiri, melihat dan bercengkrama dengan ular, buaya, singa, jerapah, semut, bunga, pohon, sungai dan makhluk lainnya. Kita akan menjadi keluarga tarzan! Atau kita akan menjadi keluarga pesisir pantai, mendengarkan suara ombak dan memecahkan misteri lautan yang terbentang dihadapan rumah kita. Rumah kita akan dipenuhi dengan simbol-simbol agama, salib, foto-foto para ulama, patung Buddha, dan masih banyak lagi. Anak-anak kita akan mendengarkan musik-musik jazz, koplo, dangdut, melayu, blues, disco, flamenco, klasik, rock, atau metal sekalipun. Kita akan punya ruangan khusus keluarga untuk bermain musik, kita akan membeli piano, drum set, sound system, gitar, bass, dan microphone tentunya. Atau kita buang itu semua kecuali rumah yang sederhana saja. Tapi, kita akan berpetualang kemana-mana. Pergi berhaji dan bersyukur atas nikmat-Nya. Melihat keagungan Ka’bah, merenungi perjalan Sa’i, dan merasakan hangatnya tanah pasir yang menumbuhkan seorang Nabi terkemuka. bukankah itu yang kau impikan?
Ya kita akan saling membantu mewujudkan impian kita masing-masing dan impian kita berdua.

Menyadari Kemelekatan (2)

Ini adalah fenomena. Di mana kita sendiri tak menyadari akan pengerucutan fokus dan lupa akan hal-hal sekitar. Sehingga, ketika kenyataan be...