Minggu, 04 Juni 2017

Ia adalah buta

Ia adalah buta untukmu yang berjalan
Ia adalah tak terlihat kecuali kau menjalankannya
Ia adalah tujuan
Dan kau tak bisa melihatnya
Jika tidak, maka habislah perjalananmu sia-sia
Malaikat tidak akan memberikan diskon surga
Hanya dengan syarat kau menunaikan salat
Tuhan tidak akan membiarkan iblis menertawakannya
Tuhan tidak peduli
Karena ia tak ada
Dan engkau tak dapat melihatnya
Sedang Musa hampir mati memandang silaunya
Apalagi kau manusia siapa
Pengembaraan harus kau lalui
Tubuh harus kau sayat
Dan darah kotormu harus kau cuci sendiri
Tidak oleh tuhan tapi kau sendiri
"Lalu dimanakah Dia?"
Selain kau hidup
Maka kau sebenarnya mati
Ingat!
Tujuan adalah buta
Percuma kau mengejarnya

Kamis, 01 Juni 2017

Kumpulan Pikiran

Raga terlahir di madura
Jiwa tumbuh di mana-mana
Aku adalah warga negara semesta
Negara kasih dan cinta
Pesona dan asmara
Merasuklah dalam dada!
***
Di sinilah topeng-topeng berjajar rapi
Di sinilah kepalsuan-kepalsuan dipajang pada tembok kehidupan
Ia berbalik, hitam
Ia berbalik, putih
Di sini wajah-wajah binatang bertandang
Hinggap di dahan pohon kepalsuan
Harta dan tahta
Apa yang kau cari di antara mereka?
Apa kau termasuk olehnya?
Lihatlah yang paling berbeda di dalamnya
Dan jangan sekali-kali mengandalkan logika
***
Siang-siangku terisi oleh wajah-wajah wanita
Lalu pada malamnya aku berteriak luka
Menyayatkan rindu pada siapa
Hanya kekosongan
Siapakah di sana?
Siapakah yang tersemat pada langit Sang Paduka?
Tolonglah
Hamba tak berdaya
***
Bapak selalu tenggelam dalam gelak tawa
"Hei nak, dunia tak seserius yang kau duga!
Jelajahilah seluruh samudera!
Pelajarilah segala bahasa!
Pohon, binatang dan manusia punya makna-makna."
.
Enyik dengan teduh pandangannya
Tersenyum lembut
"Jangan lupa untuk bersabar,
Jangan lupa bahwa perut adalah sumber penyakit
Jangan sekali-kali berpangku tangan
Enyik tak suka kalau kau tak sedang senang."
Aku menyaksikan mereka di sepertiga malam
Larut dengan simbahan air mata
Aku asik mendengar suara tasbih mereka
***
Pengembara itu duduk dan berkata,
"Aku sekarang kalah dan kau boleh menertawaiku sepuas yang kau mau. Tapi ingatlah bahwa hari-hari masih bergerak. Waktu dan ruang terus bergumul. Wajahmu akan tenggelam dalam derita suatu saat. Aku tak menginginkannya. Itu adalah satu hal wajar. Besok aku akan menang. Tapi aku tak peduli. Itu adalah hal yang wajar. Hari-hari terus bergerak. Dan seorang pengembara sepertiku akan ikut bergerak kemana pun ia mengarah."
***
Aku dan temanku datang ke dalam sekelompok orang
Tidak ada yang mengenaliku
Aku diam
Sementara temanku, seperti halnya teman pada teman pada umumnya:
Bersalaman, menanyakan kabar, tertawa, menawarkan rokok
Dan lain-lain
.
Tapi aku diam. Duduk di jarak yang tak dekat
“Hei, kesinilah. Jangan malu. Duduk di sini.”
“Iya, santai.”
.
Lalu langit melihat kita
Dalam masing-masing kepala punya pikirannya masing-masing:
Wah, sombong
Oo, dia pemalu
Dia gak jelas
Halah, ngapain memikirkannya
.
Siapa yang mencipta pikiran?
Siapa yang mencipta setan?
***
Engkau belum mengerti
Hai pemuja hal logis
Nalarmu tak akan sampai
Karena aku bergerak bukan atas nalar
Untukmu dan untuknya
Setiap peristiwa aku buat
Aku cipta untuk kehidupan baik maupun buruk

Menyadari Kemelekatan (2)

Ini adalah fenomena. Di mana kita sendiri tak menyadari akan pengerucutan fokus dan lupa akan hal-hal sekitar. Sehingga, ketika kenyataan be...