Selasa, 05 Desember 2017

Jendela

Dari dalam aku melihat dunia luar
Dari dalam aku tahu kalau dunia luar itu ada
Dari dalam aku tahu kalau aku tak tahu apa-apa tentang luasnya daratan sana
Dari dalam aku merasakan angin masuk ke dalam
Menghanyutkan helai-helai rambutku
Dari dalam jendela apa saja
Jendela rumah, jendela mobil, jendela pesawat
Jendela raga
Dari dalam jendela aku membaca
Kau tentu tahu lukisan-lukisan jendela itu terlihat syahdu rasanya
Dengan secangkir teh dan sebuah buku
Di mulut jendela dengan lukisan alam di dalamnya
Atau kau akan menemukan katakutan-ketakutan dan mimpi buruk
Di mana jendelanya sudah rapuh dan tua
Yang dijadikannya sebagai perpisahan ke alam lain
Melompat seperti dari atas tebing
Kau jadikan pintu, lari dari kelelahan dan keputusasaan
Dan bisa saja dari dalam jendela, kau akan menemukan mukjizat
Seperti seorang guru perempuan dari Inggris
Yang lantas didatangi bejibun cerita tentang kehidupan penyihir muda
Dan itu lewat jendela sebuah gerbong kereta
Dari jendela kau akan menemukan apa saja
Kesedihan dan kebahagiaan atau pun kekosongan

12/4/2017 10:20 PM

Mobil

Di dalamnya aku bisa bercengkrama dengan keluarga, tidak peduli itu punyaku atau punya orang lain
Di dalamnya aku serasa jadi raja melihat-lihat rakyat jelata
Mengais-ngais nasi dan lelah berjalan kaki
Keringatnya memantulkan cahaya matahari
Dari dalam aku juga melihat pohon-pohon berlarian ke belakang, entah mengejar apa
Membayangkan bahwa hidup bagaimanapun akan tetap berjalan:
Suka atau tidak
Siap atau tidak
Riang, gembira, sengsara dan apapun di dalamnya, di dalam lorong waktunya
Lihatlah dari dalam mobil
Sementara, kalau aku melihatnya dari luar
Aku ingin menginjak-injaknya, memaki-makinya
Membalas bunyi klaksonnya dengan suara sangkakala, kalau bisa
Sudah besar, jalannya lambat pula
Jalannya lambat, bikin macet pula
Aku benar-benar ingin memaki mereka yang kaya-kaya
Yang naik mobil hanya sendirian saja
Mengapa tak sekalian mengajak keluarga
Yang naik mobil untuk keperluan gengsi pula
Keperluan untuk bergaya pula
Mengapa tidak aku saja yang kaya
Sementara kamu mengganti tempatku di sini
Menarik gerobak sampah yang aku biarkan mogok di jalan raya
Ya, agar kau juga ikut merasakan lelahku juga
Setidaknya kau lelah dengan kemacetan di hadapanmu
Lantas, aku kembali naik mobil
Oh, sedang hujan
Orang-orang yang berkendara atau tidak berebut mencari perlindungan
Aku santai saja
Menikmati tetesnya yang menempel di jendela
Lantas pandanganku menjadi kosong: untuk apa semua ini, sudah sampai mana perjalananku, tidak ada kata-kata yang dapat menjelaskan megah rumitnya kehidupan ini.
 


12/4/2017 9:49 PM

Menyadari Kemelekatan (2)

Ini adalah fenomena. Di mana kita sendiri tak menyadari akan pengerucutan fokus dan lupa akan hal-hal sekitar. Sehingga, ketika kenyataan be...