Di dalamnya aku bisa bercengkrama
dengan keluarga, tidak peduli itu punyaku atau punya orang lain
Di dalamnya aku serasa jadi raja
melihat-lihat rakyat jelata
Mengais-ngais nasi dan lelah
berjalan kaki
Keringatnya memantulkan cahaya
matahari
Dari dalam aku juga melihat
pohon-pohon berlarian ke belakang, entah mengejar apa
Membayangkan bahwa hidup
bagaimanapun akan tetap berjalan:
Suka atau tidak
Siap atau tidak
Riang, gembira, sengsara dan
apapun di dalamnya, di dalam lorong waktunya
Lihatlah dari dalam mobil
Sementara, kalau aku melihatnya
dari luar
Aku ingin menginjak-injaknya,
memaki-makinya
Membalas bunyi klaksonnya dengan
suara sangkakala, kalau bisa
Sudah besar, jalannya lambat pula
Jalannya lambat, bikin macet pula
Aku benar-benar ingin memaki
mereka yang kaya-kaya
Yang naik mobil hanya sendirian
saja
Mengapa tak sekalian mengajak
keluarga
Yang naik mobil untuk keperluan
gengsi pula
Keperluan untuk bergaya pula
Mengapa tidak aku saja yang kaya
Sementara kamu mengganti tempatku
di sini
Menarik gerobak sampah yang aku
biarkan mogok di jalan raya
Ya, agar kau juga ikut merasakan
lelahku juga
Setidaknya kau lelah dengan
kemacetan di hadapanmu
Lantas, aku kembali naik mobil
Oh, sedang hujan
Orang-orang yang berkendara atau
tidak berebut mencari perlindungan
Aku santai saja
Menikmati tetesnya yang menempel
di jendela
Lantas pandanganku menjadi
kosong: untuk apa semua ini, sudah sampai mana perjalananku, tidak ada kata-kata
yang dapat menjelaskan megah rumitnya kehidupan ini.
12/4/2017 9:49 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar