Selasa, 05 Desember 2017

Mobil

Di dalamnya aku bisa bercengkrama dengan keluarga, tidak peduli itu punyaku atau punya orang lain
Di dalamnya aku serasa jadi raja melihat-lihat rakyat jelata
Mengais-ngais nasi dan lelah berjalan kaki
Keringatnya memantulkan cahaya matahari
Dari dalam aku juga melihat pohon-pohon berlarian ke belakang, entah mengejar apa
Membayangkan bahwa hidup bagaimanapun akan tetap berjalan:
Suka atau tidak
Siap atau tidak
Riang, gembira, sengsara dan apapun di dalamnya, di dalam lorong waktunya
Lihatlah dari dalam mobil
Sementara, kalau aku melihatnya dari luar
Aku ingin menginjak-injaknya, memaki-makinya
Membalas bunyi klaksonnya dengan suara sangkakala, kalau bisa
Sudah besar, jalannya lambat pula
Jalannya lambat, bikin macet pula
Aku benar-benar ingin memaki mereka yang kaya-kaya
Yang naik mobil hanya sendirian saja
Mengapa tak sekalian mengajak keluarga
Yang naik mobil untuk keperluan gengsi pula
Keperluan untuk bergaya pula
Mengapa tidak aku saja yang kaya
Sementara kamu mengganti tempatku di sini
Menarik gerobak sampah yang aku biarkan mogok di jalan raya
Ya, agar kau juga ikut merasakan lelahku juga
Setidaknya kau lelah dengan kemacetan di hadapanmu
Lantas, aku kembali naik mobil
Oh, sedang hujan
Orang-orang yang berkendara atau tidak berebut mencari perlindungan
Aku santai saja
Menikmati tetesnya yang menempel di jendela
Lantas pandanganku menjadi kosong: untuk apa semua ini, sudah sampai mana perjalananku, tidak ada kata-kata yang dapat menjelaskan megah rumitnya kehidupan ini.
 


12/4/2017 9:49 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyadari Kemelekatan (2)

Ini adalah fenomena. Di mana kita sendiri tak menyadari akan pengerucutan fokus dan lupa akan hal-hal sekitar. Sehingga, ketika kenyataan be...