Ini adalah fenomena. Di mana kita sendiri tak menyadari akan pengerucutan fokus dan lupa akan hal-hal sekitar.
Sehingga, ketika kenyataan berbanding terbalik, penderitaan tak bisa dielakkan. Seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.
Ini adalah fenomena. Di mana kita sendiri tak menyadari akan pengerucutan fokus dan lupa akan hal-hal sekitar.
Sehingga, ketika kenyataan berbanding terbalik, penderitaan tak bisa dielakkan. Seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.
Dengan menyadari bahwa kita tak memiliki apapun di dunia ini, maka kita tak lagi berharap pada hal-hal luar diri. Perhatian, pujian, anggapan baik; kita tak lagi sangat kecewa ketika orang lain berbuat tak sesuai harapan kita.
Kita lebih mandiri terutama pada perasaan kita sendiri.
Ketika kamu mencinta, ada ketakutan di dalamnya. Takut akan perpisahan, takut tidak dicintai balik atau bahkan ditolak. Mencintai ketenangan, maka takut akan terjadi kepanikan, kegelisahan. Mencintai harta, kaya raya, dan hidup yang aman maka takut miskin dan hidup dalam ketidakpastian.
Karena di dunia, dualitas itu merupakan keniscayaan. Ada hidup ada mati. Ada pertemuan ada perpisahan. Ia yang terikat pada salah satunya adalah ia yang lupa bahwa dualitas itu merupakan dua sisi dari satu koin yang sama. "Jadi apakah itu memang benar cinta?" Tanya seorang teman, datang memberiku satu pertanyaan reflektif.
Karena cinta, senang terhadap sesuatu namun mengharapkan timbal balik, mengharapkan ada perubahan, maka itu bukanlah cinta namun ego untuk mempertahankan sesuatu. Ego yang takut jika ia kehilangan sesuatu, maka ke mana ia akan bersandar?
Aku punya itu. Yakni binatang yang mengeram dalam diriku. Serupa dilahirkan dari perut ibu. Orang-orang dan sekitar.
Tapi kuakui memang aku tak tahu soal itu. Sekarang aku hanya menyaksikannya begitu ingin mengoyak-ngoyak mangsanya. Apa saja. Betina dan makanan-makanan lezat.
Semua demi terpuaskan berahinya. Seperti terbelenggu oleh tali yang mengikatnya. Aku menyaksikanmu, hei!
Kupelototin matanya. Diamlah! Ini bukan saatmu bertindak! Duduk dan tidurlah untuk sementara!
Aku maha besar di hadapannya. Entah apakah ini fatamorgana.
16092019
Tampar aku sekuat kalian!
Makilah dan bunuh sekalipun!
Luka-luka ini dapat kutertawakan
Terimakasih untuk segala pelajaran.
Setiap orang punya lorong gelapnya masing-masing
Kita semua sama
Yakni dari cahaya melewati lorong gelap untuk kembali melewatinya
Sampai jatuh menyatu pada lautan
Kita semua sama
Kadang-kadang bingung akan labirin kita sendiri
Kadang-kadang tersesat
Untuk melampaui teka-teki hidup kita sendiri
Kita semua sama
Dari dan menuju rahim yang satu
Aku tahu beberapa dari persinggahanku
Hanyalah berdasar ilusi pikiranku
Terlena dalam jerat jejaringnya
Tapi entahlah
Iblis kadang-kadang memang dikirim untuk itu
Barangkali begitu
Dan sekaranglah saatnya
Untuk berada di sini dan saat ini
Tanpa kata-kata
Kecuali jibril yang akan mengantarku sampai gerbang terakhir
Menuju ketiadaan
Dan kebesaran yang tak terhingga di sana
Ini adalah fenomena. Di mana kita sendiri tak menyadari akan pengerucutan fokus dan lupa akan hal-hal sekitar. Sehingga, ketika kenyataan be...